Hujan dan Mie Tek Tek



Malam ini terasa dingin. Terdengar suara rintik hujan. Semakin lama semakin lebat. Ah, tanaman di luar mandi juga, batinku sambil tersenyum. Membayangkan besok pagi tak perlu repot siram tanaman lagi.

Aku baru saja mengalihkan pandanganku ke laptop. Ada data yang perlu diupload di e-learning. Tiba-tiba si bontot masuk ke kamar.

"Mau mie" bisiknya.
"Laper?" Tanyaku. "Bukannya sudah makan?"
"iya. iseng, sih.. dingin soalnya." 

Ku dengar bunyi kletek, kompor gas dinyalakan. Aku mendongak dan bergegas ke dapur. Oalaahh.. si bapak lagi merebus air. 

"Mau bikin apa, pak?" Tanyaku.
"Iseng. mau nyeduh mie" katanya. Si Bontot tertawa geli. "Yee.. Aku juga mau" Katanya girang. Aku tersenyum.
"Ya, sudah.. tunggu saja di sana." kataku sambil menunjuk ruang keluarga. "Biar ibu yang masak."

Kuambil 3 bungkus mie instant, 3 butir telur dari kulkas, sawi dan sedikit cabe merah. Biasanya bumbu mie instant langsung ku masukkan ke mangkuk saji. Setelah air mendidih, sebagian ku tuangkan ke dalam mangkuk. 

Sebagian air di panci direbus lagi dan kemudian ku masukkan telur. Setelah agak matang, mie dimasukkan disusul dengan sayur dan irisan cabe. 

Setelah mendidih, mie dan campurannya diangkat kemudian dimasukkan ke dalam mangkuk saji yang berisi air berbumbu. Ku aduk-aduk sebentar agar tercampur rata. Uap panasnya mengepul ke wajahku dan aromanya membuatku ingin segera menikmatinya juga.

"Sudah siaap!!' Ujarku. 
"Piring juga sudah siap di meja, bu" Sahut si bontot. 
"Pinterr" Kataku sambil mengangkat mangkuk mie ke meja makan. 

Kamipun langsung menikmati mie bersama. Ruangan yang dingin kini terasa hangat. Nikmatnya mie menambah kehangatan keluarga. Namun terkadang kebersamaan ini terasa ada yang kurang. Si kakak tak bersama kami karena menuntut ilmu di luar kota. 

Setelah selesai makan, aku beres-beres dan cuci piring. Kemudian kembali ke kamar melanjutkan pekerjaan yang tertunda. Laptop masih menyala seolah meminta pekerjaan segera diselesaikan. Aku pun larut kembali dalam pekerjaan. Siap untuk lembur.  

Di luar, hujan masih betah mengguyur bumi. Terkadang tersirat kecemasan akan hujan yang berkepanjangan. Namun aku tak boleh berburuk sangka. Semoga dari tiap tetes hujan akan selalu membawa manfaat dan keberkahan untuk semua makhluk di muka bumi. Aamiin.

Komentar

  1. I'll have one, please. Mi tek tek teman setia kalau hujan

    BalasHapus
    Balasan
    1. manggaa. kenapa kalau hujan ingetnya mie, ya?

      Hapus
  2. Waaoww amazing. Ringan namun enak dibaca. Seolah larut di dalam nya. Hebat

    BalasHapus
  3. hehe Mie thek thek ...ingat jaman jadi anak Kos ,Mie thek thek adalah idola...bagus bund👍👍

    BalasHapus
  4. Serasa ikut makan mie nih bun, asik ceritanya 🤩

    BalasHapus

Posting Komentar