Proofreading Itu Perlu


Judul: Proofreading Itu Perlu

 Resume ke: 15 

Gelombang: 20

Tanggal: 13 Agustus 2021

Tema: Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan

Narasumber: Susanto, S.Pd.

Moderator: Maesaroh


Tindakan kreatif dalam menulis adalah menumpahkan ide-ide baru dalam menciptakan makna tulisan yang mudah dimengerti pembaca. Terkadang, sebuah tulisan akan menimbulkan kekeliruan makna apabila tidak ditulis dengan teliti dan cermat.  Maka dari itu,  sebelum mempublikasikan tulisan, ada hal yang harus di perhatikan yaitu  melakukan Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan. Demikian kalimat pembuka Bu Mae dalam pelatihan malam ini. Setelah dua minggu beliau fokus mengurus kedua orang tua yang sedang sakit, malam ini kembali hadir sebagai moderator di kelas menulis. Semoga kedua orang tua bu Mae segera diberikan kesembuhan yang paripurna oleh Allah SWT. Aamiin. 

Malam ini Bu Mae membersamai seorang Narasumber hebat  bernama bapak Susanto, S.Pd atau akrab disapa dengan sebutan Pak D Susanto. Adapun tema yang diangkat adalah  Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan. Bagaimana suatu  tulisan bisa terpublikasi dengan baik tanpa ada kesalahan dalam menulis atau dikenal dengan istilah "Typo", kesalahan ejaan atau pun tanda baca. akan dijelaskan oleh Pak D Susanto. 

Namun ada baiknya kita mengenal pak D Susanto terlebih dahulu. Pak D Susanto merupakan seorang Guru Kelas di SDN Mardiharjo, Kab. Musi Rawas, Prov. Sumatera Selatan. Beliau dilahirkan di Gombong Kebumen, 29 Juni 1971. Seorang sarjana S1 PGSD ini sangat mahir dalam editing sehingga kemahiran itu mengantarkan beliau menjadi seorang editor pada komunitas pelatihan menulis asuhan Om Jay.

Pak D Susanto memulai paparan dengan mengingatkan materi yang sebelumnya telah diberikan oleh Pak "Mazmo" Sudomo. Banyak dikutip sebagian besar peserta yang mengumpulkan tulisan resume pelatihan: 

Swasunting, dilakukan setelah selesai menulis, jangan menyunting sambil menulis, fokus penyuntingan pada kesalahan penulisan, ejaan, kata baku, aturan penulisan, dan logika cerita. Selain itu harus kejam pada tulisan sendiri. Terakhir adalah berpegangan pada KBBI dan PUEBI.

Sebelum melanjutkan, dengan rendah hati beliau mengatakan bahwa banyak diantara peserta yang sudah menjadi Proofreader atau bahkan editor pada penerbitan. Oleh karena itu, beliau mohon izin. Ibarat menggarami lautan, untuk peserta  yang berprofesi sebagai proofreader, bersama dapat berbagi pada kesempatan selanjutnya.

Beliau mengatakan pula bahwa beliau bukan "proofreader profesional atau editor profesional". Namun, beberapa teman di grup menulis, memberi kesempatan untuk membaca naskah-naskah mereka lalu memintanya untuk mengedit tulisannya. 

Beberapa buku karya teman yang beliau ikut di dalamnya sebagai editor di antaranya 

  1. Kunci Sukses Menjadi Moderator Online (Aam Nurhasanah), Desember 2020.
  2. Patidusa Pujangga Wiyata, Antologi Puisi Nusantara Bergema (Aam Nurhanasa, dkk), Januari 2021.
  3. Bait-bait Kerinduan, Antologi Puisi Ungkapan Rasa Rindu (Rofiana, S.Pd., dkk), Maret 2021, Januari 2021.
  4. Haru Biru Perjalananku, Catatan Perjalanan Tugas Kepala Sekolah Daerah Terpencil dan Satu Atap (“Ambu” Tini Sumartini), Maret 2021.
  5. Merajut Goresan Tinta Berbuah Karya (Herni Sunarya Banah, S.Pd.), Maret 2021.
  6. Purwakarya Literasi, antologi peserta Gel 18 (2021)
  7. Membongkar Rahasia Menulis ala Guru Blogger (Bersama Bu Noralia Puspa Yunita dkk), Juli 2021.

Kemudian beliau mengatakan bahwa Untuk yang nomor 7, admin Lagerunal membuka PO jika ada rekan-rekan yang berminat.

Menurut Pak D Susanto, Proofreading atau kadang disebut dengan uji-baca adalah membaca ulang sebuah tulisan, tujuannya adalah untuk memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks tersebut. Intinya, Proofreading adalah aktivitas memeriksa kesalahan dalam teks dengan cermat sebelum dipublikasikan atau dibagikan. Oleh karena itu, kegiatan ini sesungguhnya adalah kegiatan akhir setelah tulisan diselesaikan.

Dalam hal ini sangat sesuai dengan nasihat para pakar menulis, yakni: "Tulis saja, jangan pedulikan teknis. Salah nggak papa mumpung ide masih mengalir. Jika sudah selesai, barulah kita lakukan editing." 

Yang sering terjadi Ketika "sedang" menulis, muncul keinginan agar tulisan ini harus sempurna. Sehingga, muncul kehawatiran: nanti tulisan jelek, tdak layak baca, banyak kesalahan ejaan, kalimatnya tidak pas, dan sebagainya. Akhirnya terjebak untuk segera memperbaiki.

Hal lain (biasanya seorang blogger) ingin segera menerbitkan tulisan. Begitu selesai menulis, mungkin karena mengejar target atau ingin segera memublikasikan, langsung klik tombol kirim. Apa yang terjadi?  Yang pertama, alih alih tulisan menjadi lebih baik, malah tulisan "nggak jadi-jadi". Untuk yang kedua, maksud hati membuat tulisan yang menarik, akibat kekurangcermatan dalam pengetikan tulisan di blog, tulisan menjadi berkurang nilai kemenarikannya. Sayang, ya?

Oleh karena itu, proofreading sangat penting. Ketimbang kita "menyewa" proofreader, lebih baik kita lakukan sendiri, 'kan?

Dalam proofreading, memeriksa apakah terdapat kesalahan dalam teks yang dimaksud adalah memeriksa kesalahan penggunaan tanda baca, ejaan, konsistensi dalam penggunaan nama atau istilah, hingga pemenggalan kata.

Beda Proofreading Dengan Mengedit

Editing lebih fokus pada aspek kebahasaan, sedangkan proofreading selain aspek kebahasaan, juga harus memperhatikan isi atau substansi dari sebuah tulisan.

Jadi, proofreading tidak sekadar menyoroti kesalahan tanda baca atau ejaan, tetapi juga logika dari sebuah tulisan, apakah sudah masuk di akal atau belum.

Ada juga yang berpendapat:

Pengeditan merupakan proses yang melibatkan perubahan besar pada konten, struktur, dan bahasa, sedangkan proofreading hanya berfokus pada kesalahan kecil dan inkonsistensi. 

Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus memastikan bahwa tulisan yang sedang ia uji-baca bisa diterima logika dan dipahami pembacanya. Jadi, ia harus dapat mengenali apakah sebuah kalimat efektif, struturnya sudah tepat atau belum, hingga memastikan agar substansi tulisan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

Bagi yang jago bahasa asing, jika mendapatkan tugas untuk menguji-baca sebuah teks terjemahan. Output yang dihasilkannya adalah sebuah teks yang mudah dipahami meski bagi orang yang tidak mengetahui bahasa asal teks terjemahan tersebut. Jadi kesimpulannya? Tugas seorang proofreader adalah untuk membuat teks mudah dipahami pembaca dan tidak kehilangan substansi awalnya.

Selanjutnya beliau menceritakan sedikit pengalaman ketika menjadi proofreader dan mengedit naskah antologi teman-teman. Ada tulisan yang sudah bagus, uraian sesuai tema, struktur bahasanya bagus, kalimat yang digunakan tidak terlalu panjang, tetapi terjadi kesalahan dalam meletakkan tanda koma atau tanda baca lainnya.

Ada juga tulisan yang masih "kacau" dari segi struktur, misalnya karena kalimatnya berupa kalimat majemuk yang terdiri dari banyak sekalai kalimat tunggal, maka proofreader harus bisa memanngkasnya dan menjadikannya kalimat yang mudah dipahami. Tentu substansi dan maksud penulis tidak berubah.

Sebagai penulis kita juga bertindak sebagai proofreader, sebelum tulisan dipublikasikan di blog atau naskah buku dikirimkan ke penerbit. Jika kita diminta menjadi proofreader tulisan orang lain, proofreader bersifat netral. Seorang proofreader akan menilai karya secara objektif.

Langkah yang Diambil

Bertindaklah sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya penulis sudah bisa dimengerti atau justru berbelit-belit. Harapannya, setelah melewati tahapan proofreading, karya sang penulis bisa lebih mudah dipahami pembaca. Bukankah kita menulis agar orang memahami ide yang dituangkan?

Bagaimana melakukan Proofreading?

  1. Cek ejaan. Ejaan ini merujuk ke KBBI, tetapi ada beberapa kata yang mencerminkan gaya penerbit
  2. Pemenggalan kata-kata yang merujuk ke KBBI
  3. Konsistensi nama dan ketentuan
  4. Perhatikan judul bab dan penomorannya

Jadi, penulis yang melakukan proofreading sesungguhnya sedang bertindak sebagai seorang “pembaca” dan menilai apakah karya tulisnya sudah bisa dimengerti dengan mudah.

Jika Anda seorang blogger,  menghindari kesalahan kecil yang tidak perlu misalnya typo atau kesalahan penulisan kata dan penyingkatan kata. Meskipun blog itu milik pribadi dan bebas, pembaca Anda juga harus diperhatikan. Tidak ada kesalahan penulisan (typo) akan membuat pembaca nyaman.Kesalahan kecil lainnya misalnya, memberi spasi (jarak) kata dan tanda koma, tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Tanda-tanda baca tersebut tidak boleh diketik terpisah dari kata yang mengikutinya.

Cara mudah untuk memeriksa tulisan:

  • Baik di Ms Word maupun di blog saya biasanya melakukan pencarian dengan menekan tombol CTRL bersamaan dengan tombol huruf F (CTRL+F). 
  • Lalu, ketikkan misalnya tanda "," (tanda koma) maka muncul highlight teks dengan warna kuning.
  • Setelah itu kita periksa apakah ada kesalahan atau ada spasi antara kata dengan tanda koma.
  • Hal yang sama lakukan pada tanda baca lainnya. Jika hal ini kita lakukan maka pos blog menjadi bersih dari kesalahan pengetikan.

Kesalahan kecil lainnya yang biasa dilakukan adalah penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan.  Pak D Susanto mengatakan bahwa beliau secara pribadi selalu “terganggu” jika "kesalahan kecil" ini ada dalam tulisan. Oleh karena itu perlu sedikit keterampilan untuk membedakan keduanya.

Jika kata yang mengikuti di adalah verba atau kata kerja maka di ditulis serangkai dan kata itu ada bentuk aktifnya yaitu jika diberi imbuhan me-.

Aturan ejaan lainnya yang ada dalam PUEBI wajib kita pahami. Meskipun blog tidak mensyaratkan bahasa yang baku (kan suka-suka penulisnya) tetapi minimal wajib tahu dan menerapkan aturan-aturan yang dicontohkan. Kita cinta Bahasa Indonesia, ‘kan?

Berikut video cara mudah untuk memeriksa tulisan dari Pak D Susanto:


Sebelum dipublikasikan, kita lihat di pratinjau (preview) lalu jika ada kesalahan, pada draf kita tekan tombol CTRL+F  lalu melakukan proses perbaikan tulisan seperti pada video

Contoh sederhana proofreading:

Teks asli

Membuat cerita fiksi memang sedikit berbeda dengan cerita non fiksi. Tetapi cerita non fiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya non fiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.

Teks Perbaikan

Membuat cerita fiksi memang sedikit berbeda dengan cerita nonfiksi. Tetapi, cerita nonfiksi dapat disampaikan dengan gaya cerita fiksi agar lebih menarik. Tentu sepanjang tidak bertentangan dengan aturan penulisan karya nonfiksi yang telah ditentukan, seperti makalah ilmiah, laporan penelitian, dan sejenisnya.

Dalam KBBI:

non (adv) tidak; bukan: nonaktif; nonberas

Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara). Misalnya: Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum cukup. Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.

Jadi, jika Pak D Susanto melakukan proofreading,  beliau menggunakan Alat Bantu, yaitu:

1. PUEBI Daring; 

2. KBBI Daring

Selamat melakukan proofreading untuk tulisan Bapak dan Ibu semua. Salam blogger sehat: PakDSus


RANGKUMAN TANYA JAWAB 


Mengedit jangan segera begitu selesai. Endapkan dulu, beberapa saat.


Cara edit yang efektif, pahami aturan dasar:

  • Struktur, minimal ada S-P
  • Aturan Huruf kapital, aturan tanda baca, aturan pemenggalan kata, dan sebagainya.


Pada penerbit ada petugas proofreading, dan kata Pak Joko Penerbit ANDI, kalau tidak salah, unsur ejaan porsinya hanya 10% pada penilaian naskah. Tetapi, jika tidak dilakukan proofreading, siapa tahu banyak kesalahan yang menyebabkan editor penerbitan malah memberi skor kecil bagi tulisan kita. Jika tidak mampu melakukan proofreading sendiri, bisa meminta tolong jasa proofreader profesional. Biayanya bervariasi, menurut salah satu situs penyedia jasa proofreader yang saya ketahui.


Lebih tepatnya, dalam satu paragraf harus terdiri dari satu ide pokok seperti pelajaran kelas 6 tema 1 subtema 1. Jika satu kalimat sudah mewakili ide pokok yang hendak disampaikan, mengapa tidak?


Sebagai penulis ibaratnya  adalah seperti pemain bola yang menggiring bola ke gawang. Kadang tidak tahu di depan ada pemain yang hendak menjegal. Kita penonton di kejauhan tahu benar ke mana bola harus ditendang. Demikian pula menulis, jadi perlu orang lain untuk ikut membaca. 


Untuk meringankan para editor yang harus menjadi bekal bagi penulis ketika akan mengedit tulisannya adalah Pahami struktur kalimat, pahami PUEBI, buka KBBI jika ragu dengan kata-kata tertentu. 


Mempelajari PUEBI yang tebal, kadang membosankan, maka Pak D Susanto membuat flyer untuk memudahkan belajar dan mengingat.





Pak D Susanto mengatakan bahwa kita tidak mungkin menguasai segalanya, hanya orang-orang tertentu yang ditakdirkan memiliki kompetensi: penulis, proofreader, editor, sekaligus. Berbahagialah Anda yang memiliki talenta ketiganya. Namun setidaknya sebagai penulis memiliki keterampilan minimal sebaga penyunting tulisan sendiri, agar calon pembaca kita memahami apa yang kita maksudkan dalam tulisan. Terakhir: Kalimatmu jangan panjang-panjang, ushakan maksimal 20 kata saja

https://blogsusanto.com/kalimatmu-kepanjangan/



"Sadar akan kekurangan lebih baik daripada bangga akan kelebihan'

Komentar

  1. Kalimat yang efektif di kumpulkan menjadi resume yang terstruktur, selalu keren hasilnya bu Rally ini

    BalasHapus
  2. Wow.... Ada Borobudur. Dll

    Menarik perhatian pembaca.

    Kren

    BalasHapus
  3. Laptop error'..gak bisa download video dan foto foto ....resume ini mewakili negara niatku. Makasih yha

    BalasHapus
  4. Laptop error'..gak bisa download video dan foto foto ....resume ini mewakili niatku. Makasih yha

    BalasHapus
  5. Lengkap, rapi dan poinnya jelas.👍

    BalasHapus
  6. Sajian yang menggugah selera membaca, mantap bu raliyanti selalu komplit

    BalasHapus
  7. teersusun dengan rapi enak dibaca

    BalasHapus
  8. Lengkap dan padat resumenya bu

    BalasHapus
  9. Swasunting, dilakukan setelah selesai menulis, jangan menyunting sambil menulis.
    Justru ini yang sering kualami. sehingga status tulisan masih DRAFF. hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe.. jd gantung ya bu.. pas mau lanjut nulis jd lupa mau nulis apa td.. haha

      Hapus

Posting Komentar