Mengajar dan Bahagia

 


Teaching is the activity of transferring knowledge to others. Do you enjoy teaching? why? where does that happiness come from? maybe we don't realize it. But when you see the faces of the nation's children who are studying with enthusiasm, joy and understanding of the material provided, that's where a sense of satisfaction arises. Happiness is there. 

Bahagia bagi guru itu sederhana. Melihat siswa semangat belajar, semangat mengerjakan tugas dan paham apa yang telah dipelajari sudah membuat seorang guru bahagia. Lebih bahagia lagi jika melihat anak didiknya sukses setelah lulus sekolah. Bahagia melihat mereka telah bekerja dan berkeluarga walaupun mereka mungkin sudah tak ingat lagi kepada gurunya.

Mentransfer ilmu adalah pekerjaan yang susah-susah gampang. Jadi bisa dikatakan banyak susahnya dari pada gampangnya. Apalagi setiap siswa itu unik, setiap kelas juga unik. Namun disitulah seninya mengajar.

Guru bagaikan seorang aktor yang dituntut bisa mengajar dalam berbagai suasana. Untuk itulah, guru yang baik adalah guru yang menguasai teknik pembelajaran, bahan ajar, media belajar dan dapat menempatkan metode yang sesuai dalam mentransfer ilmu.

Seorang guru pasti senang akan mengajar, pasti semangat belajar dan mengajar.  Terus mencari ilmu dan mengupgrade diri. Guru yang tak mengajar ibarat burung tak bersayap, bagaikan raga yang kehilangan kaki. Saya hampir pernah merasakan itu disaat mata pelajaran TIK dihapuskan. Sedih rasanya tak bertemu anak. Sedih rasanya karena siswa tak mengenal gurunya. Tapi untunglah itu tak berlangsung lama. Adanya bimbingan TIK dan mata pelajaran Informatika membuat saya kembali bersemangat. Kembali bahagia merancang pembelajaran dan bertemu muka berbagi ilmu.

Saya juga pernah diminta untuk memilih antara mengajar dan mengerjakan pekerjaan administrasi. Saat itu saya lebih memilih untuk mengajar. Mungkin hal itu terdengar aneh. Tapi biarlah. Hanya saya yang tahu. Hanya guru-guru lah yang tahu bagaimana kepuasan batin setelah mengajar. Ada harapan, ada masa depan, ada kebahagiaan  dan juga ada keberkahan di sana.


Mengajar di masa pandemi memerlukan teknik tersendiri. Semua serba online, belajar juga online. Cukup menantang untuk berinteraksi dengan siswa. Pendekatan dilakukan secara japri (=jaringan pribadi, via chat) atau menyapa dan menyebutkan nama mereka di ruang virtual. Terkadang cukup menguras emosi namun perlu kesabaran penuh. Kita tidak tahu apa yang mereka rasakan pada saat ini. Mungkin bingung akan suasana belajar yang tak biasa, mungkin juga mereka merasa malu. Jadi tetap terus berpikir positif dan terus menyemangati agar mereka tetap selalu bahagia dalam belajar.

Itulah guru. Selalu mengevaluasi diri setelah memberikan pelajaran. Ada rasa tidak puas jika kegiatan belajar mengajar terasa "garing". Berpikir dan terus mencari solusi yang terbaik untuk mentransfer pengetahuan. Semua itu dilakukan tanpa pamrih, untuk kecerdasan anak bangsa.

  


 

Komentar

Posting Komentar