Computer Basis Test (CBT)



Saat ini tes dengan menggunakan komputer dianggap sangat efisien dan praktis. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus meningkat menuju berbagai macam kemudahan-kemudahan untuk meningkatkan mutu layanan kepada publik sehingga menjadi lebih praktis.

Penilaian yang baik dan akurat membutuhkan instrumen tes hasil belajar yang memenuhi standar. Penyusunan instrumen tes terstandar dapat dilakukan melalui beberapa tahap. Menurut Mardapi (2008, p.88) terdapat sembilan tahap dalam mengembangkan instrumen tes prestasi yaitu: 
(1) menyusun spesifi kasi tes; 
(2) menulis butir-butir tes; 
(3) menelaah butir-butir tes;
(4) melakukan uji coba instrumen tes; 
(5) menganalisis butir-butir tes; 
(6) memperbaiki butir-buitr tes; 
(7) merakit butir-butir tes; 
(8) melaksanakan pengujian; dan 
(9) menafsirkan hasil pengujian. 

Instrumen tes yang telah memenuhi standar, tentunya akan menjadi langkah awal bagi sekolah dalam mengembangkan sistem penilaian berbantuan komputer jika sekolah tersebut memiliki fasilitas laboratorium komputer dan minimal didukung oleh sistem jaringan lokal (Local Area Network). [1]

Menurut James Mc Millan, penilaian bukan hanya pencatatan apa yang diketahui dan dapat dilakukan murid, tetapi juga memengaruhi pembelajaran dan motivasi mereka. Pelajar perlu mengerti pengetahuan yang diterima dan pendidik perlu mengetahui apakah mereka telah mengajarkan pengetahuan mereka dengan baik. Keduanya memerlukan umpan balik. CBT membantu untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan umpan balik ini.[2]

CBT yang pernah digunakan pada kegiatan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) merupakan pelaksanaan ujian berbasis komputer dengan soal yang setara dengan ujian model PBT. CBT ini juga sama dengan yang digunakan untuk OSN (Olimpiade Sains Nasional) dan ANBK (Assesment Nasional Berbasis Komputer). Penggunaan komputer dalam ujian memudahkan pelaksana untuk membuat soal beragam dengan mengombinasikan beberapa paket soal. (Abdullah, 2009) [3]

Ujian dengan menggunakan CBT memberikan banyak kemudahan kepada peserta tes untuk menjawab soal tanpa harus menghitamkan lembar jawaban komputer. Lebih hemat kertas (paper less) dan juga memangkas biaya karena tidak diperlukan biaya penggandaan soal dan biaya teknis lainnya. Disisi lain, soal yang muncul pada masing-masing peserta itu berbeda sehingga dapat menghindarkan usaha mencontek ataupun kecurangan dari peserta tes. Untuk itu peserta tes harus siap untuk mengikuti ujian dan harus dapat meningkatkan kompetensinya.


[1] Kamaruddin and Haryanto, “Pengembangan Sistem Penilaian Hasil Belajar Systems for Electric Circuits Analyzing Subjects,” J. Pendidik. Vokasi, vol. 4, no. 2, pp. 28–42, 2014.
[3] R. Pakpahan, “Model Ujian Nasional Berbasis Komputer : Manfaat Dan Tantangan Computer-Based National Exam Model : Its Benefits and Barriers,” vol. 1, no. April, p. 19, 2016.

[2] Novrianti, “Pengembangan Computer Based Testing ( CBT ) Sebagai Alternatif Teknik Penilaian Hasil Belajar,” Lentera Pendidik. Jur. Teknol. Pendidik. Univ. Negeri Padang, vol. 17, no. 1, pp. 34–42, 2014.

Komentar